Selain peluang yang masih terbuka, bisnis warung bebek menghadapi tantangan untuk menghilangkan kesan daging bebek alot dan amis. Dengan teknik pengolahan yang tepat, daging bebek pun bisa tampil menjadi sajian yang empuk dengan cita rasa menggoda. Syukurlah, citra daging alot dan amis sudah mulai berkurang di beberapa warung tenda dan rumah-rumah makan yang menyajikan menu bebek.
Beberapa rumah makan bebek memiliki kiat tersendiri agar bisa mendapatkan olahan bebek yang prima. Usaha yang dilakukan meliputi dari pemilihan bahan baku, tatacara pengolahan, hingga bumbunya.
Sugeng Widodo misalnya, memilih bebek yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Soalnya, menurut Kardjono, “Bebek yang terlalu tua dagingnya sangat alot, sementara yang terlalu muda, dagingnya sedikit.
Para penyaji bebek itu umumnya biasa mendapatkan bebek yang sudah dibuang bulunya dari pemasok. Daging bebek ini tidak langsung diolah tapi melalui tahapan lain, yaitu pemeriksaan sisa bulu yang mungkin tidak tercabut. “Ini penting agar pengunjung tidak kecewa atau merasa jijik melihat bulu bebek yang masih ada di daging tersebut,” terang Kardjono. Setelah tak ada lagi sisa bulu yang tertinggal, barulah bebek dipotong menjadi 4 bagian, lalu bebek pun siap diolah. Satu hal lagi, saat mengolah selama sekitar 3 jam itu, gunakanlah api kecil. “Dengan api kecil, bumbu lebih meresap, daging bebeknya pun menjadi lebih empuk,” alasan Kardjono.
Sedangkan menurut Sugeng Widodo, bebek yang siap diolah ini harus dimasak selama 5 jam dengan api sedang supaya bumbunya lebih meresap. Pas digoreng bebek akan terasa empuk dan gurih.
Kiat Rouf Estianda lain lagi. Agar daging empuk dan tidak amis, bebek diolah dalam kuali tanah liat. Dalihnya, supaya matangnya bersamaan dan bumbunya meresap.
Agus, Rauf, Kardjono, Santoso, pun menyajikan bervariasi menu seperti bebek kremes, nasi bebek kebuli, bebek sambel hijau, tongseng bebek, gulai bebek cabai hijau, rendang bebek dan lain sebagainya.
Nasi “Bego” Pak Joko Putra
Menu daging bebek biasanya dicap alot dan amis. Namun si empunya warung pinggir jalan ini mampu menyajikan bebek yang empuk dan bikin ketagihan.
Yadi, pengunjung warung asal Pasarminggu, Jakarta Selatan, mengaku, pada awalnya yang terpikir memang bebek berbau amis. Akan tetapi, setelah mencicipi bebek di warung ini, dia mengaku ketagihan. “Dari sekian banyak warung bebek yang ada di Jakarta, mungkin baru warung Pak Joko Putra yang menjadi favorit saya,” ucapnya mantap.
Stigma amisnya daging bebek itu rupanya bisa dihilangkan Sugeng Wibowo, pemilik warung Nasi Uduk dan Bebek Goreng Pak Joko Putra. Dia mampu mengolah daging bebek menjadi tidak alot dan keras saat dikunyah. Bahkan saat sudah dingin pun, daging ini masih tetap empuk. Rasanya gurih, manis, dan pedasnya pas di lidah. Bumbunya meresap di setiap potongan daging bebek goreng hingga ke tulang-tulangnya. Bila daging bebek goreng, bego begitu istilah Sugeng, itu disantap dengan nasi uduk hangat plus sambal nikmatnya terasa sampai suapan terakhir. Dengan kualitas seperti itu, tak heran bila warung Sugeng yang terletak di pinggiran Jalan Raya Petogogan, Jakarta Selatan, tak pernah sepi pembeli.
Butuh Waktu 3 Tahun
Untuk mencapai reputasi warung penyaji bebek yang enak, Sugeng butuh waktu lama. Mula-mula ia membuka warung nasi khas Jawa Timur di depan BTPN Petogogan pada 1993. Saat itu orang mengenal warungnya sebagai warung nasi pecel lele dan ayam saja. Namun pada tahun 2000, dia memperkenalkan bebek goreng sebagai menu baru di warungnya. Uji coba dilakukan dengan menyajikan dua ekor bebek yang dipotong menjadi 8 bagian. Hasilnya, seharian hanya laku 6 potong.
“Tidak banyak orang yang suka bebek goreng saat itu. Kalau di daerah Jawa Timur, bebek goreng sudah banyak yang doyan,” kenangnya. Total jenderal, dia butuh waktu sampai tiga tahun untuk mempromosikan bebek gorengnya hingga ada kenaikan permintaan.
Ketika pengunjung mulai menggemari nasi bebeknya, jumlah bebek yang dipotong naik dari 2 ekor menjadi 10 ekor. Permintaan kian naik sampai sekarang Sugeng menghabiskan 70 ekor sehari.
Empuk Dan Tidak Amis
Untuk bisa mengolah daging bebek empuk, gurih dan renyah, Sugeng mengaku, tidak ada rahasia khusus. Daging bebek yang sudah dipotong-potong, dimasak, lalu dibumbui dengan bumbu dapur biasa, “Seperti juga bumbu ungkep ayam,” tandasnya.
Daging dimasak selama 5 jam agar empuk dan bumbunya merasuk ke dalam daging. Setiap satu jam, tumpukan daging bebek yang dimasak tersebut di balik. “Mungkin karena kami hanya berani memberikan bumbu lebih saja. Kalau biasanya takarannya satu piring, kita tambah bumbunya menjadi dua piring,” ucap Sugeng merendah. Pria asal Lamongan, Jatim, itu juga pernah mencoba mempresto daging bebek, tapi hasilnya kurang memuaskan. Warna daging bebek saat dipresto tidak sebagus seperti kalau direbus.
Pelanggan Sugeng saat ini paling banyak dari kalangan anak muda. “Meski ada keluarga yang datang tapi 90% yang memesan bebek goreng anak muda,” tambahnya. Untuk memesan seporsi nasi bebek, pengunjung butuh bersabar tidak kurang dari 15 menit. Satu potong bebek goreng plus nasi uduk hangat dipatok cukup terjangkau, Rp13.000.